Simulasi
komputer berperan penting bagi F1. Menghemat waktu dan uang serta memecahkan
persoalan.
Mengurangi
interval waktu antara waktu desain dan produksi mobil Formula 1 sangatlah
penting, tulis Will Hings. Di antara masa pengembangan mobil sampai di uji coba
di atas trek, ada yang terbuang. Jadi untuk mempertinggi daya kompetisi, tim
harus mempersingkat proses tersebut agar bisa lebih cepat mendapatkan
elemen-elemen yang dibutuhkan untuk memenangi sebuah balapan.
Komponen-komponen
aerodinamika biasanya dianalisa di wind tunnel. Tapi praktek tersebut memakan
waktu dan biaya karena tim harus membuat mobil prototipe dulu. Solusinya,
departemen aerodinamika memanfaatkan teknologi Computational Fluid Dynamics
(CFD) agar waktu yang dibutuhkan untuk mendesain mobil lebih efisien.
APAKAH CFD
ITU?
Teknologi
CFD menggunakan wind tunnel yang terkomputerisasi yang mampu melakukan simulasi
hampir tanpa batas. Dengan software dan tenaga supercomputer yang sangat besar,
tim bisa menemukan desain aerodinamika yang terbaik dan bisa mensimulasikan,
memvisualkan dan memprediksi aliran ‘fluida.’
‘Komputerisasi
wind tunnel’ tak membutuhkan mobil prototipe, cukup dengan mensimulasikan model
mobil secara virtual saja. Tujuan utama CFD adalah membantu tim ‘mengukir’
bentuk aerodinamika pada bodi mobil dan membantu mencarikan sistem pendinginan
mesin dan pengereman yang paling efektif.
BAGAIMANA
CARA KERJA CFD?
Langkah
pertama mensimulasikan mobil di dalam komputer adalah membagi permukaan dan
volume di sekeliling mobil ke dalam menjadi zona-zona kalkulasi (perhitungan)
dalam bentuk kisi-kisi sel.
“Tak ada
batasan berapa banyak sel yang bisa kita pakai dalam satu volume mesh,”
kata William Toet, head of aerodynamics BMW-Sauber. “Tapi biasanya dalam satu
mesh volume kami memakai sekitar 100 juta sel untuk satu mobil.”
Dengan
kisi-kisi yang telah didesain tersebut, hukum dasar fisika bisa diterapkan ke
dalam bentuk prototipe virtual, untuk mensimulasikan aliran fluida di permukaan
mobil. Dengan cara ini, hukum fisika yang berkenaan dengan mekanika fluida
(cairan) bisa dihitung secara matematis sehingga superkomputer bisa menghitung
milyaran kalkulasi yang dibutuhkan untuk mensimulasikan aliran angin di
permukaan mobil.
“Untuk
menghitung setiap langkahnya dibutuhkan banyak tenaga, makanya kita
membutuhkan superkomputer,” tambah Toet.
MANFAAT CFD
Meski lewat
pengujian wind tunnel bisa didapatkan desain aerodinamika yang paling efektif,
hasil pengetesan itu tak selalu dijadikan acuan. Di sinilah tugas CFD, membantu
desainer memvisualkan aliran angin dan interaksi antar komponen.
“Dengan
simulasi, kita tak hanya mendapatkan hasil, tapi juga memahami apa yang
sebenarnya terjadi,’ kata Direktur Motorsport BMW Mario Theissen. “Kita perlu
memahami apa yang sebetulnya terjadi, tak hanya menganalisa apa yang telah
terjadi. Itulah peran CFD, karena kita bisa memvisualisasikan zona aliran
anginnya.”
Beberapa
komponen juga sulit dievaluasi di wind tunnel, sehingga tim memanfaatkan CFD
untuk mensimulasikan performa mobil di atas trek. Contohnya Renault. Ketika
mengembangkan brake duct, pabrikan Prancis ini menggunakan CFD karena
CFD satu-satunya alat yang tepat untuk menganalisa keefektifan setiap sistem
pendinginan dengan memvisualisasikan struktur aliran angin sehingga perilaku
pendinginan bisa diketahui oleh engineer.
“Kalau
inefisiensi aerodinamika sudah bisa diminimalisir, performa pengereman bisa
gampang didapat” kata Matthew Laight, head of CFD development Renault.
“Tapi syaratnya, pengereman semaksimal mungkin dan inefisiensi aerodinamika
seminimal mungkin harus dicapai bersamaan.”
Dengan
simulasi, jumlah uji coba yang dilakukan bisa semakin banyak, pengembangan pun
bisa dilakukan secara maksimal. McLaren baru-baru ini mengakui bahwa desain
satu komponen mobil rata-rata dimodifikasi setiap 20 menit sekali.
MENGAPA CFD
BERPERAN PENTING?
Sehubungan
dengan semakin ketatnya regulasi yang membatasi kecepatan mobil dan
membengkaknya biaya balapan, aerodinamika adalah area –yang paling tidak sampai
sekarang- yang luput dari perhatian FIA. Dengan demikian, tim bisa mengubah
paket aerodinamika setiap saat sejauh tidak melanggar regulasi yang berlaku.
Seiring
dengan adanya homologasi mesin –yang melarang pengembangan mesin selama tiga
tahun- ditambah minus perang ban, otomatis upaya pengembangan mesin pun jadi
kecil. Dampaknya, kerja departemen aerodinamika lebih berat lagi dibandingkan
sebelumnya. Paket aerodinamika menentukan kesuksesan tim di F1 –pengaruhnya
sekitar 75 persen- dan iklim sekarang membuat aerodinamika menjadi penentu
perbedaan performa sebuah tim dengan tim lainnya. Artinya, jika tim itu hebat,
berarti ia mampu menggali potensi aerodinamikanya seefektif mungkin.
MASA DEPAN
Apakah
mungkin nantinya wind tunnel akan menjadi barang usang? Atau menjadi korban
dari komputerisasi di seluruh dunia? Jawabannya tidak, paling tidak tidak dalam
waktu dekat ini. Karena sekarang ini CFD hanya pelengkap, bukan untuk menyaingi
wind tunnel. Misalnya, saat mengembangkan sayap depan, sebuah tim bisa
mensimulasikan 100 variasi dengan CFD, setelah itu desain yang paling tepat di
uji coba di terowongan angin.
Wind tunnel
masih menjadi bagian integral dari department aerodinamika karena dengan
peranti tersebut tim bisa memvalidasi hasil yang ditemukan di CFD. Hasil CFD
tersebut dibandingkan dengan hasil di wind tunnel untuk membuktikan apakah
hasil simulasi komputer tersebut sama dengan praktek di dunia nyata.
“Kita mesti
mengeceknya di trek,” kata Theissen. “Jadi kita selalu membutuhkan hasil
pengujian di simulasi maupun di lapangan.”
Tapi
sekarang ini perhatian tim-tim F1 terpecah pada dua filosofi yang berbeda.
Honda, Toyota dan Ferrari berlomba membangun wind tunnel kedua, sedangkan
BMW-Sauber memilih menginvestasikan dana pada teknologi CFD dengan secara
konsisten menggali potensi-potensi di bidang ini.
CFD
BMW-Sauber tercanggih di F1
Tim-tim F1
pada umumnya menjaga kerahasiaan komputer tim serapat-rapatnya. Tapi lain
dengan BMW-Sauber. Baru-baru ini produsen mobil asal Jerman itu membuka
lebar-lebar super komputernya yang diberi nama Albert2 kepada publik. Dibangun
dengan prosesor Intel, superkomputer itu menandakan keyakinan dan
keseriusan BMW untuk mengembangkan teknologi CFD demi kepentingan balap F1.
Berat
supercomputer ini mencapai 21 ton dan mampu melakukan 12 trilyun kalkulasi per
detik. Dengan kekuatan seperti itu, Albert2 adalah supercomputer tercepat dalam
dunia industri di Eropa sehingga BMW-Sauber bisa melakukan kalkulasi CFD lebih
detail, lebih cepat serta lebih akurat dibandingkan tim-tim F1 lainnya.
(Tulisan ini mengalih-bahasakan dari bahasa penulis aslinya dan pernah dimuat di Majalah F1 Racing Indonesia)
(Tulisan ini mengalih-bahasakan dari bahasa penulis aslinya dan pernah dimuat di Majalah F1 Racing Indonesia)
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar